Penerapan IP address, subnet Musk dan VLSM Pert 7 & 6

Slide 6 Tugas

1. Buatlah alokasi VLSM dari alamat 192.168.1.0/24 untuk 5 jaringan dengan masing-masing host 12 host dan 5 jaringan dengan masing-masing host terdiri dari 2 hosts secara point-to-point.
Penyelesaian:
Bit Count Host Mask
192.168.1 0 28 12 16 240
16 28 12 16 240
32 28 12 16 240
48 28 12 16 240
64 28 12 16 240
80 30 2 4 252
84 30 2 4 252
88 30 2 4 252
92 30 2 4 252
96 30 2 4 252



2. Buatlah alokasi VLSM 202.155.19.0/24 untuk 1 jaringan dengan total host 58, 2 jaringan dengan masing-masing terdiri dari 25 hosts, 5 jaringan dengan jumlah host masing-masing 5 host dan 2 host masing-msing terdiri dari 2 hosts.

202.155.19 0 26 58 64 192
64 27 25 32 224
96 27 25 32 224
128 29 5 8 248
136 29 5 8 248
144 29 5 8 248
152 29 5 8 248
160 29 5 8 248
168 30 2 4 252
172 30 2 4 252

Pertemuan 7 Penerapan IP address, subnet Musk dan VLSM

1. Sebuah network kelas C: 202.155.19.0 digunakan untuk konfigurasi di bawah ini (setiap subnet @ 30 host). Tentukan no IP untuk masing-masing titik.
Point = 10 untuk pembagian IP, Point = 1 utk masing2 titik.

202.155.19 0 26 30 32 224
32 26 30 32 224
64 26 30 32 224
96 30 2 4 252
100 30 2 4 252




2. Untuk konfigurasi jaringan dengan network-id 202.155.19.0/24 di bawah ini, tentukan konfigurasi dan pembagian no IP dan subnet mask untuk masing-masing network dengan menggunakan metoda Variable Length Subnet Mask (VLSM).

202.155.19 0 25 120 128 128
128 26 60 64 192
192 28 12 16 240
208 28 12 16 240
224 30 2 4 252
228 30 2 4 252
3. Sebuah Autonomous System dengan network-id 222.100.25.0 tersusun seperti pada gambar di bawah ini. Tentukan konfigurasi IP dan subnet-mask untuk masing-masing network pada gambar tersebut dengan metoda VLSM!
222.100.25 0 25 60 64 192
64 25 60 64 192
128 26 30 32 224
160 30 2 4 252
164 30 2 4 252


Manajemen IP-Pert6

Manajemen IP adalah sebagai berikut :
1. VLSM (Variable Length Subnet Masking)
VLSM merupakan pengembangan mekanisme subnetting. VLSM memperbaiki kekurangan metoda conventional subnetting.
2. Classless Interdomain Routing (CIDR)
3. Network Address Translation (NAT)

KONVERSI BINER KE DESIMAL
Rumus untuk menghitung jumlah IP yang digunakan dengan rumus 2N – 2. Setiap 8 bit nomor IP dapat dikonversi ke desimal dengan komposisi :
Untuk mengubah desimal menjadi biner dapat dilakukan dengan melakukan pengurangan dengan kelipatan pengalian diatas, jika dikurangi dapat dikurangi maka diberi angka 1 dan jika tidak maka diberi angka 0.
Contoh
Konversikan bilangan biner berikut ini 11011101 kedalam bentuk desimal.

Jawaban
Konversi dari biner ke desimal :
= (1*128) +(1*64)+(0*32)+(1*16)+(1*8)+(1*4)+(0*2)+(1*1)
= 128+64+0+16+8+4+0+1
= 221
Untuk menguji jawaban diatas dengan cara melakukan pengurangan dengan kelipatan pengalian seperti diatas.

221 – 128 = 93  1
93 – 64 = 29  1
29 – 32 =  0
29 – 16 = 13  1
13 – 8 = 5  1
5 – 4 = 1  1
1 – 2 =  0
1 – 1 = 0  1

Hasilnnya tetap sama, cara membacanya adalah dari anak panah yang ditulis dari atas ke bawah menjadi 11011101.

SUBNETTING
Subnetting adalah proses membagi sebuah network menjadi beberapa sub – network.
Keuntungan melakukan subnetting adalah sebagai berikut :

1. Menghindari limitasi jumlah simpul dalam satu segmen
2. Mereduksi trafik yang disebabkan oleh broadcast maupun benturan (collision)
Dalam pengelamatan IP (IP Address), subnet mask dapat mempengaruhi jumlah host yang dapat dijangkau.

Tabel Subnet Mask

10000000 = 128
11000000 = 192
11100000 = 224
11110000 = 240
11111000 = 248
11111100 = 252
11111110 = 254
11111111 = 255

PENERAPAN VLSM
Untuk mencegah terjadinya pemborosan IP di masing – masing subnet karena penggunaan metode Conventional Subnet yang tidak efisien, maka disarankan menerapkan Variable Length Subnet Mask (VLSM).

Contoh :
Bagaimanakah konfigurasi subnet dengan metode VLSM pada jaringan dengan alamat 110.24.48.0/24 jika dalam jaringan tersebut dilakukan pembagian jaringan dengan jumlah host yang harus tersedia minimal adalah sebagai berikut :
Network – A : 100 IP Host
Network – B : 45 IP Host
Network – C : 10 IP Host
Network – D : 8 IP Host
Network – E : 5 IP Host
Network – F : 4 IP Host
Network – G, network – H dan network – I : 2 IP Host

Jawaban :

Network – A : 100 IP  27
Network – B : 45 IP  26
Network – C : 10 IP  24
Network – D : 8 IP  24
Network – E : 5 IP  23
Network – F : 4 IP  23 Network – G : 2 IP  22
Network – H : 2 IP  22
Network – I : 2 IP  22


Host = 2n – 2
100 host : 110.24.48.0/25
45 host : 110.24.48.128/26
10 host : 110.24.48.192/28
8 host : 110.24.48.208/28
5 host : 110.24.48.224/29
4 host : 110.24.48.232/29
2 host : 110.24.48.240/30

ROUTING
Routing adalah Suatu proses merutekan paket data dari network satu ke network yang lain dengan menggunakan router. Router merupakan device yang melakukan fungsi meneruskan datagram IP pada lapisan jaringan. Router memiliki lebih dari satu network interface dan dapat meneruskan datagram dari satu antarmuka ke antarmuka yang lain. Untuk setiap datagram yang Diterima, router memeriksa apakah datagram tersebut memang ditujukan ke dirinya. Jika benar datagram disampaikan ke lapisan transport. Jika datagram tidak ditujukan kepada router tersebut, yang akan diperiksa adalah Forwarding Table yang dimilikinya untuk memutuskan kemana seharusnya datagram tersebut ditujukan. Forwarding table adalah table yang terdiri dari pasangan alamat IP, alamat router berikut, dan antarmuka tempat keluar datagram.
Jika dalam forwarding table tidak ditemukan yang sesuai dengan alamat tujuan, router akan memberikan pesan kepada pengirim bahwa alamat yang dimaksud tidak ditemukan. Router juga dapat memberitahu bahwa dirinya bukan router terbaik ke suatu tujuan, dan menyarankan penggunaan router lain.
Untuk dapat melakukan pembuatan jalur suatu router atau entitas apapun yang membangun routing melakukan beberapa langkah - langkah sebagai berikut :
1. Mengetahui alamat tujuan
2. Mengenali sumber – sumber informasi
3. Menemukan rute – rute
4. Memilih jalur atau rute
5. Memelihara dan memverifikasi informasi routing


Routing terdiri dari dua kategori, antara lain :
1. Static Routing, dan
Pada static routing pengelolaan (mengisi / menghapus) tabel routing dilakukan secara manual. Keuntungan static routing ini adalah :
 Jalur routing mudah diprediksi
 Tidak membutuhkan proses update routing table
 Mudah dikonfigurasi untuk network kecil
Sedangkan kerugian static routing ini adalah :
 Tidak cocok untuk network berskala besar
 Tidak dapat beradaptasi terhadap penambahan router karena konfigurasi pada tiap router harus berubah
 Tidak dapat beradaptasi terhadap munculnya link failure pada salah satu jalur.

2. Dynamic Routing
Dynamic routing mengatur rute setiap paket dengan menggunakan tabel routing (tresimpan pada router). Tabel ini akan ter-update otomatis melalui routing protocol. Keuntungan dynamic routing adalah :
 Scalability, dimana konfigurasi dilakukan secara dinamis apabila terdapat penambahan / pengurangan router.
 Adaptability, dimana rute dapat berubah secara adaptif terhadap adanya link failure.
Sedangkan kerugian static routing ini adalah :
 Kompleksitas algoritma routing meningkat.
 Router harus saling bertukar informasi routing secara periodic.
 Tidak semua router mendukung dynamic routing.

IP Address dan Subnet-Pert5

IP address merupakan pengalamatan dengan panjang 32 bit yang terbagi dalam 2 bagian yaitu :
1. Identitas jaringan (network number)
2. Identitas Host (host number)
Format pengalamatan yang digunakan dikenal dengan istilah dotted–decimal notation yang masing – masing bagian terdiri dari 8 bit.

IP CLASS



IP ADDRESS

Untuk memudahkan dalam penentuan kelas A, B, C, D, dan E, dengan mengetahui oktet pertama dari format dotted decimal.
Class A : 0 sampai 127
Class B : 128 sampai 191
Class C : 192 sampai 223
Class D : 224 sampai 239
Class E : 240 sampai 255
Bukti
128 64 32 16 8 4 2 1

27 26 25 24 23 22 21 20

Ada 3 macam kategori pengalamatan IP, yaitu :
• Classfull Addressing (Conventional) merupakan pengalamatan berdasarkan kelas, tanpa perlu adanya subnetting.

Subnetting adalah proses membagi sebuah network menjadi beberapa sub – network.
Kegunaan Subnetting, adalah sebagai berikut :
 Memudahkan pengelolaan jaringan
 Mereduksi traffic yang disebabkan oleh broadcast maupun benturan (collision)
 Membantu pengembangan jaringan ke jarak geografisnyang lebih jauh (LAN ke MAN)
• Subnetted Classfull Addressing merupakan pengalamatan dengan subnetting.
• Classless Addressing merupakan Classless Inter Domain Routing (CIDR)
CIDR mengabaikan kelas, tapi membaca beberapa bit network. Network Prefix dituliskan dalam bentuk :

HOST ADDRESS

Setiap device atau interface harus memiliki host number. Setelah diketahui sebuah alamat jarinngan, selanjutnya dapat diketahui berapa total alamat dalam jaringan tersebut. Cara mengetahuinya adalah dengan menjumlahkan seluruh bit mulai dari semua berisi 0 sampai dengan semua bit berisi 1 kemudian dikurangi 2. Pengurangan 2 disini dikarenakan dalam satu alamat jaringan selalu terdapat network address dan broadcast address. Rumusnya adalah 2N – 2 (N adalah index bit).

Contoh :
Sebuah jaringan dengan alamat 127.25.0.0. Tentukan berapa banyak IP addressnya.
Jawaban :
175.25.0.0 merupakan kelas B dimana 8 bit terakhir adalah alamat host. Dengan menggunakan rumus 2N – 2 maka (28 – 2 = 254). Jadi hasilnya diperoleh 254 IP address yang dapat digunakan dalam jaringan.
NETMASK
Untuk memisahkan antara network-id dan host-id diperlukan sebuah netmask. Mask yang digunakan pada bagian network-id adalah binary 1, sedangkan host yang digunakan pada bagian host-id adalah binary 0.
Untuk dapat mengetahui network-id dari 32 bit ip address dapat dilakukan dengan operasi AND dengan bit netmask.
Contoh :
IP Address : 192 . 168 . 2 . 30
11111111 . 00000000 . 00000000 . 00000000
Netmask : 255 . 255 . 255 . 0
11111111 . 11111111 . 11111111 . 11111111
192 . 168 . 2 . 30

Internet Layer Protokol -Pert4

INTERNET PROTOCOL
Dalam melakukan pengiriman data protokol IP memiliki sifat yang dikenal sebagai unreliable, connectionless, datagram delivery servrce.
Unreliable atau ketidakhandalan berarti tidak ada jaminan sampainya data di tempat tujuan. Connectionless berarti dalam mengirim paket dari tempat asal ke tujuan, tidak diawali dengan perjanjian (handshake) antara pengirim & penerima. Sedangkan datagram delivery service berarti setiap paket data yang dikirim adalah independen terhadap paket data yang lain. Jalur yang ditempuh antara satu data dengan yang lain bisa berbeda.
Sehingga kedatangannya pun bisa tidak terurut seperti urutan pengiriman.Dalam mengirim data, protokol IP memiliki format datagram khusus sebagai berikut :
Gambar Berikut adalah Format datagram IP


Format Alamat IP

Bentuk Biner
Alamat IP merupakan bilangan biner 32 bit yang dipisahkan oleh tanda pemisah berupa tanda titik setiap 8 bitnya. Tiap 8 bit ini disebut sebagai oktet. Bentuk alamat IP adalah sebagai berikut :
xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx.xxxxxxxx
setiap symbol “x” dapat digantikan oleh angka 0 dan 1, misalnya sebagai berikut :
11100011.00111001.11110001.00000001

Bentuk Dotted Desimal
Notasi alamat IP dengan bilangan biner seperti di atas tidaklah mudah dibaca. Untuk membuatnya lebih mudah dibaca & ditulis, alamat IP sering ditulis sebagai 4 bilangan desimal yang masing-masing dipisahkan oleh sebuah titik. Format penulisan seperti ini disebut “dotted-decimal notation” (notasi desimal bertitik). Setiap bilangan desimal tersebut merupakan nilai dari satu oktet (delapan bit) alamat IP. Gambar berikut memperlihatkan bagaimana sebuah alamat IP yang ditulis dengan notasi dotted-desimal :

11100011.00111001.11110001.00000001

227.57.224.1
Gambar 3.2 Notasi Dotted-Decimal

KLASIFIKASI
Setiap host yang terhubung di jaringan internet memiliki alamat internet unik sebanyak 32 bit yang digunakan untuk berkomunikasi dengan semua host. Setiap alamat yang ada terdiri dari sepasang netid &hostid. Netidmengidentifikasikan jaringan yang dipakai dan hostid mengidentifikasikan host yang terhubung ke jaringan tersebut. Ada beberapa macam alamat berdasarkan kelas yang ada:
Gambar 3.3 Kelas-kelas alamat IP



Keterangan :
Kelas A :
Format : 0nnnnnnn hhhhhhhh hhhhhhhh hhhhhhhh
Identifikasi : bit pertama 0
Panjang NetID : 8 bit
Panjang HostID : 24 bit
Byte pertama : 0 – 127
Jumlah jaringan : 126 kelas A (0 dan 127 dicadangkan)
Range IP : 1.xxx.xxx.xxx sampai 126.xxx.xxx.xxx
Jumlah IP : 16.777.214 alamat IP pada setiap kelas A

Kelas B
Format : 0nnnnnnn nnnnnnnn hhhhhhhh hhhhhhhh
Identifikasi : 2 bit pertama 10
Panjang NetID : 16 bit
Panjang HostID : 16 bit
Byte pertama : 128 – 191
Jumlah jaringan : 16.384 kelas B
Range IP : 128.0.xxx.xxx sampai 191.155.xxx.xxx
Jumlah IP : 65.532 alamat IP pada setiap kelas B

Kelas C
Format : 0nnnnnnn nnnnnnnn nnnnnnnn hhhhhhhh
Identifikasi : 3 bit pertama bernilai 110
Panjang NetID : 24 bit
Panjang HostID : 8 bit
Byte pertama : 192 – 223
Jumlah jaringan : 2.097.152 kelas C
Range IP : 192.0.0.xxx sampai 223.255.255.xxx
Jumlah IP : 254 alamat IP pada setiap kelas C

Kelas D
Format : 1110mmmm mmmmmmmm mmmmmmmm mmmmmmmm
Identifikasi : 4 bit pertama bernilai 1110
Bit multicast : 28 bit
Byte Inisial : 224 - 247 bit
Deskripsi : Kelas D adalah ruang alamat multicast (RFC 1112)

Kelas E
Format : 1111rrrr rrrrrrrr rrrrrrrr rrrrrrrr
Identifikasi : 4 bit pertama 1111
Bit cadangan : 28 bit
Byte inisial : 248 –255

Deskripsi : Kelas E adalah ruang alamat yang dicadangkan
untuk keperluaan eksperimental
Dari macam-macam bentuk alamat IP, setiap kelas dapat diidentifikasi dari 3 bit
tertinggi dengan dua bit menjadi pembeda tiga kelas utama. Kelas A digunakan untuk
jaringan besar dengan 216 host terhubung kepadanya. Untuk kelas A, 7 bit untuk netid dan
24 bit untuk hostid. Kelas B untuk jaringan berukuran sedang, dengan daya tampung
antara 28 sampai 216 host. Kelas B mengalokasikan 14 bit untuk netid & 16 bit untuk
hosted. Kelas C mampu menghubungkan kurang dari 28 host dengan mengalokasikan 21
bit untuk netid dan hanya 8 bit untuk hostid.

ROUTING
Routing di Internet
Dalam suatu sistem packet switching, routing mengacu pada proses pemilihan jalur untuk pengiriman paket, dan router adalah perangkat yang melakukan tugas tersebut.Perutean dalam IP melibatkan baik gateway maupun host yang ada. Ketika suatu program aplikasi dalam suatu host akan berkomunikasi, protocol TCP/IP akan membangkitkannya dalam bentuk banyak datagram. Host harus membuat keputusan perutean untuk memilihjalur pengiriman.
Pengiriman Langsung & Tidak Langsung
Pengiriman langsung (direct delivery) adalah transmisi datagram dari suatu mesin langsung ke mesin lain, dan hal ini dapat terjadi bila keduanya berada dalam satu media transmisi yang terhubung langsung. Sedangkan pengiriman yang tidak langsung mengharuskan suatu datagram untuk melewati gateway. Untuk pengiriman langsung datagram IP, pengirim akan mengenkapsulasi datagram dalam suatu frame fisik, memetakan alamat IP tujuan ke alamat fisik dan menggunakan perangkat keras jaringan untuk pengiriman secara langsung.

Spanning Tree Protocol (STP)

Saat desain LAN memerlukan beberapa switch, umumnya network enginer menyertakan segment LAN yang redundant diantara switch-switch tersebut. Tujuannya sederhana, switch-switch berkemungkinan mengalami kegagalan beroperasi, atau ada kemungkinan kabel terputus atau ter-unplug sehingga dengan adanya segment redundant ini, layanan network masih bisa berjalan walaupun ada kendala diatas.

LAN dengan link yang redundant memungkinkan frame mengalami looping didalam network tanpa henti. Frame yang looping ini menyebabkan gangguan performansi pada network. Oleh karena itu, LAN memanfaatkan Spanning Tree Protocol (STP), yang memungkinkan LAN tetap bisa menggunakan link redundant tanpa harus menanggung resiko adanya frame yang looping dalam network.

Tanpa adanya Spanning Tree Protocol (STP), LAN dengan link yang redundant mengakibatkan adanya frame yang looping tanpa henti didalam network. Dengan STP, beberapa switch akan mem-block interface/port-nya agar port tersebut tidak bisa lagi mem-forward frames keluar. STP akan menentukan port mana yang harus di block sehingga hanya 1 link saja yang aktif dalam satu segment LAN. Hasilnya, frame tetap bisa ditransfer antar-komputer tanpa menyebabkan gangguan akibat adanya frame yang looping tanpa henti di dalam network.

Istilah dalam STP, beberapa diantaranya adalah :
Root Bridge adalah bridge dengan bridge ID terbaik. Dengan STP, kuncinya adalah agar semua switch di network memilih sebuah root bridge yang akan menjadi titik fokus di dalam network tersebut. Semua keputusan lain di network seperti port mana yang akan di blok dan port mana yang akan di tempatkan dalam mode fowarding.
Root port selalu merupakan link yang terhubung secara langsung ke root bridge atau jalur terpendek ke root bridge. Jika lebih dari satu link terhubung ke root bridge maka sebuah cost dari port ditentukan dengan mengecek bandwidth dari setiap link. Port dengan cost paling rendah menjadi root port. Jika banyak link memiliki cost yang sama maka bridge dengan bridge ID diumumkan yang lebih rendah akan di gunakan. Karena berbagai link dapat berasal dari alat yang sama, maka nomor port yang terendahlah yang akan digunakan.
Cara memilih Root Bridge
Bridge ID digunakan untuk memilih root bridge di dalam domain STP dan juga menentukan root port. ID ini panjangnya 8 byte dan mencakup baik priority maupun alamat MAC dari alat. Priority default pada semua alat yang menjalankan STP versi IEEE adalah 32.768.
Untuk menentukan root bridge, priority dari setiap bridge dikombinasikan dengan alamat MAC. Jika dua switch atau bridge ternyata memiliki nilai priority yang sama, maka alamat MAC menjadi penilai untuk memutuskan siapa yang memiliki ID yang terendah (yang juga terbaik). Contoh jika ada switch A dan B dan keduanya memiliki priority default yang sama yaitu 32.768, maka alamat MAC yang akan digunakan untuk penentuan. Jika alamat MAC switch A adalah 0000.0A00.1300 dan alamat MAC switch B adalah 0000.0A00.1315 maka switch A akan menjadi root bridge.
BPDU secara default dikirimkan setiap 2 detik, keluar dari semua port yang aktif pada sebuah bridge dan switch dengan bridge ID yang terendah dipilih sebagai root bridge. Kita dapat mengubah bridge ID dengan cara menurunkan prioritynya sehingga ia akan menjadi root bridge secara otomatis.
Status Port Spanning Tree :
Blocking (memblok) sebuah port yang di block tidak akan meneruskan frame, ia hanya mendengarkan BPDU-BPDU. Tujuan dari status blocking adalah untuk mencegah penggunaan jalur yang mengakibatkan loop. Semua port secara default berada dalam status blocking ketika switch dinyalakan.
Listening (mendengar) port mendengar BPDU untuk memastikan tidak ada loop yang terjadi pada network sebelum mengirimkan frame data. Sebuah port yang berada dalam status listening mempersiapkan diri untuk memfoward frame data tanpa mengisi tabel alamat MAC.
Learning (mempelajari) port switch mendengarkan BPDU dan mempelajari semua jalur di network switch. Sebuah port dalam status learning mengisi tabel alamat MAC tetapi tidak memfoward frame data.
Fowarding (mem foward) port mengirimkan dan menerima semua frame data pada port bridge. Jika port masih sebuah designated port atau root port yang berada pada akhir dari status learning maka ia akan masuk ke status ini.
Disabled (tidak aktif) sebuah port dalam status disabled (secara administratif) tidak berpatisipasi dalam melakukan fowarding terhadap frame ataupun dalam STP. Sebuah port dalam status disabled berarti tidak bekerja secara virtual.


Cara Kerja Spanning Tree


STP menggunakan 3 kriteria untuk meletakkan port pada status forwarding :

* STP memilih root switch. STP menempatkan semua port aktif pada root switch dalam status Forwarding.
* Semua switch non-root menentukan salah satu port-nya sebagai port yang memiliki ongkos (cost) paling kecil untuk mencapai root switch. Port tersebut yang kemudian disebut sebagai root port (RP) switch tersebut akan ditempatkan pada status forwarding oleh STP.
* Dalam satu segment Ethernet yang sama mungkin saja ter-attach lebih dari satu switch. Diantara switch-switch tersebut, switch dengan cost paling sedikit untuk mencapai root switch disebut designated bridge, port milik designated bridge yang terhubung dengan segment tadi dinamakan designated port (DP). Designated port juga berada dalam status forwarding.

Semua port/interface selain port/interface diatas berada dalam status Blocking.

STP Bridge ID dan Hello BPDU

STP bridge ID (BID) adalah angka 8-byte yang unik untuk setiap switch. Bridge ID terdiri dari 2-byte priority dan 6-byte berikutnya adalah system ID, dimana system ID berdasarkan pada MAC address bawaan tiap switch. Karena menggunakan MAC address bawaan ini dapat dipastikan tiap switch akan memiliki Bridge ID yang unik.

STP mendefinisikan pesan yang disebut bridge protocol data units (BPDU), yang digunakan oleh switch untuk bertukar informasi satu sama lain. Pesan paling utama adalah Hello BPDU, berisi Bridge ID dari switch pengirim.

Pemilihan Root Switch

Switch-switch akan memilih root switch berdasarkan Bridge ID dalam BPDU. Root switch adalah switch dengan Bridge ID paling rendah. Kita ketahui bahwa 2-byte pertama dari switch digunakan untuk priority, karena itu switch dengan priority paling rendah akan terpilih menjadi root switch.

Namun kadangkala, ada beberapa switch yang memiliki nilai priority yang sama, untuk hal ini maka pemilihan root switch akan ditentukan berdasarkan 6-byte System ID berikutnya yang berbasis pada MAC address, karena itu switch dengan bagian MAC address paling rendah akan terpilih sebagai root switch.

Menentukan Root Port dari setiap switch

Selanjutnya dalam proses STP adalah, setiap non-root switch akan menentukan salah satu port-nya sebagai satu-satunya root port miliknya. Root port dari sebuah switch adalah port dimana dengan melalui port tersebut switch bisa mencapai root switch dengan cost paling kecil.

Menentukan Designated Port untuk setiap segment LAN

Designated port untuk setiap segment dalam LAN adalah switch port yang mengirimkan paket Hello ke segment LAN dengan cost terkecil. Ketika switch non-root mengirimkan pesan Hello, maka switch non-root akan menyertakan nilai cost tersebut kedalam pesan. Hasilnya, switch dengan cost terkecil untuk mencapai root switch menjadi DP dalam segment tersebut.

Saat Terjadi Perubahan dalam network

Berikut adalah proses yang terjadi saat topology STP berjaln normal tanpa ada perubahan:

1. Root switch membuat dan mengirimkan Hello BPDU dengan cost 0 keluar melalui semua port/interfacenya yang aktif.
2. Switch non-root menerima Hello dari root port miliknya. Setelah mengubah isi dari Hello menjadi Bridge ID dari switch pengirim, switch mem-forward Hello ke designated port.
3. Langkah 1 dan 2 berulang terus sampai terjadi perubahan pada topology STP.

Ketika ada interface atau switch yang gagal beroperasi, maka topology STP akan berubah; dengan kata lain terjadi STP convergence.

* Interface yang tetap berada dalam status yang sama, maka tidak perlu ada perubahan.
* Interface yang harus berubah dari forwarding menjadi blocking, maka switch akan langsung merubahnya menjadi blocking.
* Interface yang harus berubah dari blocking menjadi forwarding, maka switch pertama kali akan mengubahnya menjadi listening, kemudian menjadi learning.Setelah itu interface akan diletakkan pada status forwarding.

Saat terjadi STP Convergence, switch akan menentukan interface-interface mana yang akan dirubah statusnya. Namun, perubahan status dari blocking menjadi forwarding tidak bisa langsung dilakukan begitu saja, karena dapat menyebabkan frame looping temporarer. Untuk mencegah terjadinya looping temporarer itu, STP harus merubah status port tersebut menjadi 2 status transisi terlebih dahulu sebelum merubahnya menjadi forwarding:

* Listening: seperti halnya blocking, interface dalam keadaan listening tidak mem-forward frame. (15 detik)
* Learning: interface dalam status ini masih belum mem-forward frame, tapi switch sudah mulai melakukan pemeriksaan MAC address dari frame-frame yang diterima pada interface ini. (15 detik)

Switch akan menunggu 20 detik sebelum memutuskan untuk melakukan perubahan status dari blocking menjadi forwarding, setelah itu butuh waktu 30 detik untuk transisi ke Listening dan Learning terlebih dahulu. karena itu total yang dibutuhkan agar suatu port berubah dari blocking menjadi forwarding adalah 20+30=50 detik.

MODEL OSI

Resume Pertemuan ke-2


Model OSI diciptakan berdasarkan sebuah proposal yang dibuat oleh the International Standards Organization (ISO) sebagai langkah awal menuju standarisasi protokol Internasional yang digunakan pada berbagai layer. Model ini disebut ISO OSI (Open System Interconnection) Reference Model itu ditujukan bagi sistem penyambungan terbuka (open system). Sistem terbuka dapat diartikan sebagai suatu sistem yang terbuka untuk berkomunikasi dengan sistem-sistem lainnya.
OSI memberikan pandangan yang "abstrak" dari arsitektur jaringan yang dibagi dalam 7 lapisan. Model ini diciptakan berdasarkan sebuah proposal yang dibuat oleh International Standard Organization (ISO) sebagai langkah awal menuju standarisasi protokol internasional yang digunakan pada berbagai layer.
Model Osi memiliki tujuh layer . Prinsip prinsip 7 layer :
• Sebuah layer harus dibuat bila diperlukan tingkat abstraksi yang berbeda.
• Setiap layer harus memiliki fungsi tertentu.
• Fungsi layer di bawah adalah mendukung fungsi layer di atasnya.
• Fungsi setiap layer harus dipilih dengan teliti sesuai dengan ketentuan standar protokol internasional.

1. Batas-batas setiap layer diusahakan agar meminimalkan aliran informasi yang melewati interface.
2. Jumlah layer harus cukup banyak, sehingga fungsi-fungsi yang berbeda tidak perlu disatukan dalam satu layer di luar keperluannya. Akan tetapi jumlah layer juga harus diusahakan cukup sesedikit mungkin sehingga arsitektur jaringan tidak menjadi sulit dipakai.
7 Layers OSI Model
Ketika suatu masalah konektivitas jaringan dilaporkan ke meja bantuan, ada banyak metode yang tersedia untuk mendiagnosis masalah. Salah satu metode yang umum adalah untuk memecahkan masalah masalah dengan menggunakan pendekatan berlapis. Menggunakan pendekatan berlapis mensyaratkan bahwa teknisi jaringan menjadi terbiasa dengan berbagai fungsi yang terjadi sebagai pesan yang dibuat, dikirimkan, dan ditafsirkan oleh perangkat jaringan dan host pada jaringan.

Proses memindahkan data di jaringan sangat terstruktur. Cara terbaik adalah divisualisasikan menggunakan tujuh lapisan dari Interkoneksi Sistem Terbuka (OSI) model, sering disebut sebagai model OSI. Model OSI memecah komunikasi jaringan ke dalam beberapa proses. Setiap proses adalah bagian kecil dari tugas yang lebih besar.
Sebagai contoh, di sebuah pabrik manufaktur kendaraan, satu orang tidak merakit seluruh kendaraan. Kendaraan itu bergerak dari stasiun ke stasiun, atau tingkat, di mana tim khusus menambahkan berbagai komponen. Setiap stasiun menambahkan komponen yang ditetapkan, dan kemudian melewati kendaraan ke stasiun berikutnya. Tugas kompleks perakitan kendaraan dibuat lebih mudah dengan memecahnya menjadi tugas lebih mudah dikelola dan logis. Ketika suatu masalah terjadi dalam proses manufaktur, adalah mungkin untuk mengisolasi masalah untuk tugas tertentu di mana cacat itu diperkenalkan, dan kemudian memperbaikinya.
Dalam cara yang sama, model OSI dapat digunakan sebagai acuan ketika troubleshooting untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah jaringan.
Tujuh lapisan dari model OSI dapat dibagi menjadi dua bagian: lapisan atas dan lapisan bawah.

Lapisan atas kadang-kadang digunakan untuk merujuk kepada setiap lapisan di atas lapisan transport dari model OSI. Lapisan atas dari model OSI berurusan dengan fungsionalitas aplikasi dan umumnya hanya diimplementasikan dalam perangkat lunak. Lapisan tertinggi, lapisan aplikasi, adalah paling dekat dengan pengguna akhir.
Lapisan bawah dari model OSI menangani fungsi data transportasi. Link layer fisik dan data diimplementasikan dalam hardware dan software. Lapisan fisik paling dekat dengan media jaringan fisik, atau pemasangan kabel jaringan. Lapisan fisik benar-benar menempatkan informasi tentang media.

Akhir stasiun, seperti klien dan server, biasanya bekerja dengan semua tujuh lapisan. Jaringan perangkat hanya peduli dengan lapisan bawah. Hub bekerja pada Layer 1, switch di Layers 1 dan 2, router di Layers 1 sampai 3, dan firewall prihatin dengan Layers 1, 2, 3 dan 4.

Model OSI Protocol dan Teknologi
Bila menggunakan model OSI sebagai kerangka kerja untuk troubleshooting, adalah penting untuk memahami yang berfungsi dilakukan pada setiap lapisan, dan apa informasi jaringan yang tersedia untuk perangkat atau program perangkat lunak yang melaksanakan fungsi tersebut. Sebagai contoh, banyak proses yang harus terjadi karena email untuk berhasil perjalanan dari klien ke server. Mari kita lihat bagaimana model OSI melanggar tugas umum dari mengirim dan menerima email ke langkah terpisah dan berbeda.

Langkah 1: Lapisan atas membuat data.

Ketika seorang pengguna mengirim pesan email, karakter alfanumerik dalam pesan itu dikonversi menjadi data yang dapat melakukan perjalanan melintasi jaringan. Lapisan 7, 6 dan 5 bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pesan tersebut ditempatkan dalam format yang dapat dimengerti oleh aplikasi yang berjalan pada host tujuan. Proses ini disebut encoding. Lapisan atas kemudian mengirim pesan disandikan ke lapisan bawah untuk transportasi di seluruh jaringan. Mengangkut email ke server yang benar bergantung pada informasi konfigurasi yang disediakan oleh pengguna. Masalah yang terjadi pada lapisan aplikasi sering berhubungan dengan kesalahan dalam konfigurasi dari program pengguna perangkat lunak.

Langkah 2: Layer 4 paket data untuk end-to-end transportasi.
Data yang terdiri dari pesan email yang dikemas untuk jaringan transportasi pada Layer 4. Layer 4 memecah pesan ke dalam segmen yang lebih kecil. Sebuah header ditempatkan pada setiap segmen menunjukkan TCP atau UDP nomor port yang sesuai dengan aplikasi lapisan aplikasi yang benar. Fungsi pada lapisan transport menunjukkan jenis layanan pengiriman. Email menggunakan segmen TCP, sehingga pengiriman paket diakui oleh tujuan. Layer 4 fungsi yang diimplementasikan dalam perangkat lunak yang berjalan pada host sumber dan tujuan. Namun, firewall sering menggunakan TCP dan nomor port UDP untuk menyaring lalu lintas. Oleh karena itu, masalah yang terjadi pada Layer 4 dapat disebabkan oleh tidak sesuai diatur daftar filter firewall.
Langkah 3: Layer 3 menambah informasi alamat jaringan IP.
Data email yang diterima dari lapisan transport dimasukkan ke dalam paket yang berisi header dengan sumber dan tujuan alamat IP logis. Router menggunakan alamat tujuan untuk mengarahkan paket di jaringan di sepanjang jalur yang tepat. Tidak dikonfigurasi dengan benar informasi alamat IP pada sistem sumber atau tujuan dapat menyebabkan Layer 3 masalah terjadi. Karena router juga menggunakan informasi alamat IP, kesalahan konfigurasi router juga dapat menyebabkan masalah pada lapisan ini.
Langkah 4: Layer 2 menambahkan data link layer header dan trailer.
Setiap perangkat jaringan di jalur dari sumber ke tujuan, termasuk tuan rumah pengiriman, mengenkapsulasi paket ke dalam bingkai. Bingkai berisi alamat fisik dari perangkat jaringan berikutnya yang tersambung pada link. Setiap perangkat di jalur jaringan yang dipilih memerlukan membingkai agar ia dapat terhubung ke perangkat berikutnya. Switch dan kartu interface jaringan (NIC) menggunakan informasi di dalam bingkai itu untuk menyampaikan pesan ke perangkat tujuan yang benar. Salah NIC driver, kartu antarmuka sendiri, atau masalah hardware dengan switch dapat menyebabkan Layer 2 alah terjadi.

Langkah 5: Layer 1 mengkonversi data ke bit untuk transmisi.
Bingkai itu diubah menjadi pola 1 dan 0 (bit) untuk transmisi di medium. Suatu fungsi clocking memungkinkan perangkat untuk membedakan bit-bit saat mereka bepergian ke seberang medium. Media dapat mengubah sepanjang jalur antara sumber dan tujuan. Sebagai contoh, pesan email dapat berasal pada LAN Ethernet, tanda silang tulang punggung serat kampus, dan cross link WAN serial hingga mencapai tujuan pada Ethernet LAN yang lain jauh. Layer 1 masalah dapat disebabkan oleh kabel longgar atau tidak benar, rusak kartu antarmuka, atau gangguan listrik.

Pada host penerima, proses yang dijelaskan di langkah 1 sampai 5 terbalik, dengan pesan perjalanan kembali ke lapisan aplikasi yang sesuai.

Application Layer
• Aplikasi adalah layanan/service yang mengimplementasikan komunikasi antar simpul.
• Lapisan aplikasi melakukan hal sbb :
 Mengidentifikasikan mitra komunikasi
 Aplikasi transfer data
 Resource Availability
 Lapisan aplikasi terkait dengan aplikasi end-user
• Implementasi Layer Aplikasi
 Telnet
 File Transfer Protocol (FTP)
 Simple Mail Transfer Protocol (SMTP)
Presentation Layer
 Lapisan presentasi melakukan coding dan konversi data :
- format data untuk image dan sound (JPG, MPEG, TIFF, WAV, ...)
- konversi EBCDIC-ASCII
- Kompresi
- Enkripsi
Session Layer
 Lapisan sesi membuka, merawat, mengendalikan dan melakukan terminasi hubungan antar simpul. Lapisan Aplikasi dan Presentasi melakukan request dan menunggu response yang dikoordinasikan oleh lapisan diatasnya (aplikasi) antar host.
Transport Layer
Fungsi lapisan Transport antara lain :
Flow control
Sinkronisasi pengiriman data, antara si penerima dan si pengirim harus terjadi interaksi untuk menjaga kehilangan data.
Multiplexing
Mengijinkan banyak layanan/aplikasi untuk mengakses satu network link yang sama.

TCP/IP Layer

MODEL OSI


Model OSI diciptakan berdasarkan sebuah proposal yang dibuat oleh the International Standards Organization (ISO) sebagai langkah awal menuju standarisasi protokol Internasional yang digunakan pada berbagai layer. Model ini disebut ISO OSI (Open System Interconnection) Reference Model itu ditujukan bagi sistem penyambungan terbuka (open system). Sistem terbuka dapat diartikan sebagai suatu sistem yang terbuka untuk berkomunikasi dengan sistem-sistem lainnya.
OSI memberikan pandangan yang "abstrak" dari arsitektur jaringan yang dibagi dalam 7 lapisan. Model ini diciptakan berdasarkan sebuah proposal yang dibuat oleh International Standard Organization (ISO) sebagai langkah awal menuju standarisasi protokol internasional yang digunakan pada berbagai layer.
Model Osi memiliki tujuh layer . Prinsip prinsip 7 layer :
• Sebuah layer harus dibuat bila diperlukan tingkat abstraksi yang berbeda.
• Setiap layer harus memiliki fungsi tertentu.
• Fungsi layer di bawah adalah mendukung fungsi layer di atasnya.
• Fungsi setiap layer harus dipilih dengan teliti sesuai dengan ketentuan standar protokol internasional.

1. Batas-batas setiap layer diusahakan agar meminimalkan aliran informasi yang melewati interface.
2. Jumlah layer harus cukup banyak, sehingga fungsi-fungsi yang berbeda tidak perlu disatukan dalam satu layer di luar keperluannya. Akan tetapi jumlah layer juga harus diusahakan cukup sesedikit mungkin sehingga arsitektur jaringan tidak menjadi sulit dipakai.
7 Layers OSI Model
Ketika suatu masalah konektivitas jaringan dilaporkan ke meja bantuan, ada banyak metode yang tersedia untuk mendiagnosis masalah. Salah satu metode yang umum adalah untuk memecahkan masalah masalah dengan menggunakan pendekatan berlapis. Menggunakan pendekatan berlapis mensyaratkan bahwa teknisi jaringan menjadi terbiasa dengan berbagai fungsi yang terjadi sebagai pesan yang dibuat, dikirimkan, dan ditafsirkan oleh perangkat jaringan dan host pada jaringan.

Proses memindahkan data di jaringan sangat terstruktur. Cara terbaik adalah divisualisasikan menggunakan tujuh lapisan dari Interkoneksi Sistem Terbuka (OSI) model, sering disebut sebagai model OSI. Model OSI memecah komunikasi jaringan ke dalam beberapa proses. Setiap proses adalah bagian kecil dari tugas yang lebih besar.
Sebagai contoh, di sebuah pabrik manufaktur kendaraan, satu orang tidak merakit seluruh kendaraan. Kendaraan itu bergerak dari stasiun ke stasiun, atau tingkat, di mana tim khusus menambahkan berbagai komponen. Setiap stasiun menambahkan komponen yang ditetapkan, dan kemudian melewati kendaraan ke stasiun berikutnya. Tugas kompleks perakitan kendaraan dibuat lebih mudah dengan memecahnya menjadi tugas lebih mudah dikelola dan logis. Ketika suatu masalah terjadi dalam proses manufaktur, adalah mungkin untuk mengisolasi masalah untuk tugas tertentu di mana cacat itu diperkenalkan, dan kemudian memperbaikinya.
Dalam cara yang sama, model OSI dapat digunakan sebagai acuan ketika troubleshooting untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah jaringan.
Tujuh lapisan dari model OSI dapat dibagi menjadi dua bagian: lapisan atas dan lapisan bawah.

Lapisan atas kadang-kadang digunakan untuk merujuk kepada setiap lapisan di atas lapisan transport dari model OSI. Lapisan atas dari model OSI berurusan dengan fungsionalitas aplikasi dan umumnya hanya diimplementasikan dalam perangkat lunak. Lapisan tertinggi, lapisan aplikasi, adalah paling dekat dengan pengguna akhir.
Lapisan bawah dari model OSI menangani fungsi data transportasi. Link layer fisik dan data diimplementasikan dalam hardware dan software. Lapisan fisik paling dekat dengan media jaringan fisik, atau pemasangan kabel jaringan. Lapisan fisik benar-benar menempatkan informasi tentang media.

Akhir stasiun, seperti klien dan server, biasanya bekerja dengan semua tujuh lapisan. Jaringan perangkat hanya peduli dengan lapisan bawah. Hub bekerja pada Layer 1, switch di Layers 1 dan 2, router di Layers 1 sampai 3, dan firewall prihatin dengan Layers 1, 2, 3 dan 4.


Model OSI Protocol dan Teknologi

Bila menggunakan model OSI sebagai kerangka kerja untuk troubleshooting, adalah penting untuk memahami yang berfungsi dilakukan pada setiap lapisan, dan apa informasi jaringan yang tersedia untuk perangkat atau program perangkat lunak yang melaksanakan fungsi tersebut. Sebagai contoh, banyak proses yang harus terjadi karena email untuk berhasil perjalanan dari klien ke server. Mari kita lihat bagaimana model OSI melanggar tugas umum dari mengirim dan menerima email ke langkah terpisah dan berbeda.



Langkah 1: Lapisan atas membuat data.


Ketika seorang pengguna mengirim pesan email, karakter alfanumerik dalam pesan itu dikonversi menjadi data yang dapat melakukan perjalanan melintasi jaringan. Lapisan 7, 6 dan 5 bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pesan tersebut ditempatkan dalam format yang dapat dimengerti oleh aplikasi yang berjalan pada host tujuan. Proses ini disebut encoding. Lapisan atas kemudian mengirim pesan disandikan ke lapisan bawah untuk transportasi di seluruh jaringan. Mengangkut email ke server yang benar bergantung pada informasi konfigurasi yang disediakan oleh pengguna. Masalah yang terjadi pada lapisan aplikasi sering berhubungan dengan kesalahan dalam konfigurasi dari program pengguna perangkat lunak.

Langkah 2: Layer 4 paket data untuk end-to-end transportasi.
Data yang terdiri dari pesan email yang dikemas untuk jaringan transportasi pada Layer 4. Layer 4 memecah pesan ke dalam segmen yang lebih kecil. Sebuah header ditempatkan pada setiap segmen menunjukkan TCP atau UDP nomor port yang sesuai dengan aplikasi lapisan aplikasi yang benar. Fungsi pada lapisan transport menunjukkan jenis layanan pengiriman. Email menggunakan segmen TCP, sehingga pengiriman paket diakui oleh tujuan. Layer 4 fungsi yang diimplementasikan dalam perangkat lunak yang berjalan pada host sumber dan tujuan. Namun, firewall sering menggunakan TCP dan nomor port UDP untuk menyaring lalu lintas. Oleh karena itu, masalah yang terjadi pada Layer 4 dapat disebabkan oleh tidak sesuai diatur daftar filter firewall.
Langkah 3: Layer 3 menambah informasi alamat jaringan IP.
Data email yang diterima dari lapisan transport dimasukkan ke dalam paket yang berisi header dengan sumber dan tujuan alamat IP logis. Router menggunakan alamat tujuan untuk mengarahkan paket di jaringan di sepanjang jalur yang tepat. Tidak dikonfigurasi dengan benar informasi alamat IP pada sistem sumber atau tujuan dapat menyebabkan Layer 3 masalah terjadi. Karena router juga menggunakan informasi alamat IP, kesalahan konfigurasi router juga dapat menyebabkan masalah pada lapisan ini.
Langkah 4: Layer 2 menambahkan data link layer header dan trailer.
Setiap perangkat jaringan di jalur dari sumber ke tujuan, termasuk tuan rumah pengiriman, mengenkapsulasi paket ke dalam bingkai. Bingkai berisi alamat fisik dari perangkat jaringan berikutnya yang tersambung pada link. Setiap perangkat di jalur jaringan yang dipilih memerlukan membingkai agar ia dapat terhubung ke perangkat berikutnya. Switch dan kartu interface jaringan (NIC) menggunakan informasi di dalam bingkai itu untuk menyampaikan pesan ke perangkat tujuan yang benar. Salah NIC driver, kartu antarmuka sendiri, atau masalah hardware dengan switch dapat menyebabkan Layer 2 alah terjadi.

Langkah 5: Layer 1 mengkonversi data ke bit untuk transmisi.
Bingkai itu diubah menjadi pola 1 dan 0 (bit) untuk transmisi di medium. Suatu fungsi clocking memungkinkan perangkat untuk membedakan bit-bit saat mereka bepergian ke seberang medium. Media dapat mengubah sepanjang jalur antara sumber dan tujuan. Sebagai contoh, pesan email dapat berasal pada LAN Ethernet, tanda silang tulang punggung serat kampus, dan cross link WAN serial hingga mencapai tujuan pada Ethernet LAN yang lain jauh. Layer 1 masalah dapat disebabkan oleh kabel longgar atau tidak benar, rusak kartu antarmuka, atau gangguan listrik.

Pada host penerima, proses yang dijelaskan di langkah 1 sampai 5 terbalik, dengan pesan perjalanan kembali ke lapisan aplikasi yang sesuai.

Application Layer
• Aplikasi adalah layanan/service yang mengimplementasikan komunikasi antar simpul.
• Lapisan aplikasi melakukan hal sbb :
 Mengidentifikasikan mitra komunikasi
 Aplikasi transfer data
 Resource Availability
 Lapisan aplikasi terkait dengan aplikasi end-user
• Implementasi Layer Aplikasi
 Telnet
 File Transfer Protocol (FTP)
 Simple Mail Transfer Protocol (SMTP)
Presentation Layer
 Lapisan presentasi melakukan coding dan konversi data :
- format data untuk image dan sound (JPG, MPEG, TIFF, WAV, ...)
- konversi EBCDIC-ASCII
- Kompresi
- Enkripsi
Session Layer
 Lapisan sesi membuka, merawat, mengendalikan dan melakukan terminasi hubungan antar simpul. Lapisan Aplikasi dan Presentasi melakukan request dan menunggu response yang dikoordinasikan oleh lapisan diatasnya (aplikasi) antar host.
Transport Layer
Fungsi lapisan Transport antara lain :
Flow control
Sinkronisasi pengiriman data, antara si penerima dan si pengirim harus terjadi interaksi untuk menjaga kehilangan data.
Multiplexing
Mengijinkan banyak layanan/aplikasi untuk mengakses satu network link yang sama.


Transport Layer
Virtual Circuit Management
Membuka, menjaga dan terminasi hubungan komunikasi
Error Checking & Recovery
Mendeteksi error dan melakukan recovery misalnya dengan melakukan retransmisi.
 Implementasi Lapisan Transport
- Transmission Control Protocol (TCP)
- User Datagram Protocol (UDP)
Reliable Transport Layer Functions


NETWORK LAYER
 Mendefinisikan logical addressing, mengkombinasikan multiple data link menjadi satu internetwork. Lapisan Network bertanggung jawab untuk membawa paket dari satu simpul ke simpul lainnya dengan mengandalkan logical address yang disebut juga sebagai Network-Address (Layer3-Address).
 Lapisan Network berfungsi sebagai "penerus paket" (Packet Forwarder), yaitu pengantar paket dari sumber (Source) ke tujuan (destinition). Sifat forwarder ini disebut sebagai routing.
 Fungsi routing didukung oleh routing protokol, yaitu protokol yang bertujuan :
- Mencari jalan terbaik menuju tujuan
- Tukar menukar informasi tentang topologi jaringan dengan router yang lainnya
Network Layer Functions (Cont.)

Network Layer Functions (cont.)


Network Layer Functions (cont.)


Routers: Operate at the Network Layer
 Broadcast Control
 Multicast Control
 Optimal path determination
 Traffic Management
 Logical Addressing
 Connects to WAN services

Data Link Layer
Komunikasi data dilakukan oleh lapisan DATA-LINK melalui identitas berupa alamat simpul yang disebut sebagai Hardware Address. Komunikasi antar komputer atau simpul jaringan hanya mungkin terjadi, bila kedua belah pihak mengetahui identitas masing-masing melalui hardware address. Hardware address ini disebut juga sebagai physical address atau layer-2 Address.
Protokol Data Link menentukan bentuk topologi yang digunakan, misalnya BUS untuk Ethernet, RING untuk Token Ring dan FDDI, point-to-point untuk komunikasi serial, atau point-to-multipoint untuk Frame Relay dan ATM.
Data Link dapat mendeteksi error dan memberikan notifikasi kepada lapisan diatasnya, bahwa terjadi kesalahan transmisi. Data Link tidak melakukan error-correction.
BYTES yang diterima dari lapisan fisik dirakit menjadi FRAME. FRAME terdiri atas FRAME-HEADER dan DATA, kemudian ditambah dengan FCS (Frame Check Sequence). Frame HEADER berisi informasi yang dibutuhkan oleh protokol Data-Link, antara lain:
- Hardware Address Pengirim dan Penerima
- Flag dan Control Bits

TCP/IP Layer

Resume Pertemuan ke-2